Terjemah Khutbah | Syaikh Dr. Sholeh Al-Budair – Antara Rasa Takut dan Harap, Dokumentasi Khutbah Jumat Masjid Nabawi, 9 Rabiul Awal 1443 H / 15 Oktober 2021
Transkrip :
Khutbah pertama

Wahai kaum muslimin…
Bertaqwalah kepada Allah karena yang waktu yang telah berlalu adalah sejarah sedangkan hari ini adalah untuk beramal.
Wahai kaum muslimin, cermatilah keaslian dan kepalsuan dan bedakan lah antara kehidupan yang asli dan kehidupan yang palsu. Jangan sampai kalian terlelap dengan suka ria nya dan tenggelam didalam pesonanya sehingga lupa akan persiapan untuk hari kembali kepada Allah. Dan jangan lah kalian menjadi orang-orang yang mudah terperdaya oleh kemurahan Allah sehingga dengan mudahnya kalian menerobos larangan² Allah dan melakukan berbagai macam kemungkaran dan perbuatan dosa serta menghiraukan perintah dan larangan nya dan janganlah kalian bermalas-malasan didalam beramal sholeh lalu kalian terjerumus kedalam kemaksiatan akibat terlena dengan kasih sayang Allah yang luas dan nikmat nya yang berlimpah ruah.
Janganlah kalian menjadi seperti itu karena bersandar karena Allah dan anugrah nya. Jika dinasehati dan diperingatkan maka mereka orang-orang yang terlena tersebut itu dan menjadi lengah karena kasih sayang Allah. Mereka terus bersandar dengan ayat suci tersebut sehingga mereka selalu Menyebut-nyebut nya dan sembari mengharap kan ampunan Allah, sementara mereka dengan terang-terangan nya bermaksiat kepada Allah. Dan menunda-nunda taubat dan membenci nasehat dan tidak menghiraukan perbuatan dosa dan terus melakukan nya tanpa terbetik sedikit pun bagi mereka untuk berhenti.
Bahkan diantara mereka ada yang dengan lantangnya mengatakan banyaklah berbuat dosa selagi engkau bisa. karena kalian akan menghadap dengan Rabb yang maha baik. Perkataan yang seperti ini merupakan perkataan orang-orang yang telah tertipu. Jalan para pembangkang bagi orang yang suka bermaksiat. Dan propaganda bagi orang-orang yang meremehkan ancaman Allah. Mereka adalah orang-orang yang telah teperdaya oleh syetan yang punya banyak penipuan dan kedustaan. Syetan memperindah perbuatan buruk mereka sehingga mereka mengabaikan aturan mengikuti hawa nafsu. Syetan membisikkan kepada mereka agar tetap berada didalam kemaksiatan. Dan dia menghembuskan kepada mereka keputusasaan Dan kebohongan dan memberikan seribu alasan tidak berhenti dan dia memberikan janji-janji palsu dan harapan yang kosong. Allah menggambarkan kondisi mereka didalam firmannya :
فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌۭ وَرِثُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَـٰذَا ٱلْأَدْنَىٰ وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِن يَأْتِهِمْ عَرَضٌۭ مِّثْلُهُۥ يَأْخُذُوهُ ۚ
Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: “Kami akan diberi ampun”. Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga).(Surat Al-A’raf (7) Ayat 169)
Mujahid mengatakan tentang firman Allah ini
dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: setiap kali kesempatan mengambil bagian didalam kehidupan didunia,baik itu halal atau haram. maka,pasti mereka tidak akan melewatkannya. Sembari kami berharap dengan ampunan-Nya agar dapat diampuni.
Al Qurthubi menjelaskan Allah mencela mereka akibat pernyataan mereka “kami akan diampuni” Sementara mereka tidak berubah dari kemaksiatan sedikit pun. Sebenarnya orang-orang yang pantas mengatakan ” Kami akan diampuni” Adalah siapa saja yang berhenti dari perbuatan dosa lalu menyesalinya. Sifat yang tercela oleh Allah ta’la dan terdapat dalam diri mereka ini juga ada terkadang didalam diri kita.
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya, jika kalian tidak berbuat dosa Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.”
Hadist ini bukan untuk menghibur orang-orang yang terjerumus didalam maksiat dan meremehkan nya dan bersenang-senang ketika mereka melakukan nya. sehingga dipakai oleh orang-orang yang terperdaya dengan kemurahan Allah.
Sesungguhnya para nabi diutus untuk mengingat kan manusia dari terjerumus ke dalam perbuatan dosa dan tersibukkan dengannya. Konteks hadist ini justru menjelaskan pengampunan Allah kepada pendosa agar mereka termotivasi bersegera untuk bertaubat dan meminta ampunan.
Hadist ini juga mengindikasikan bahwasanya Allah senang untuk memaafkan. orang yang berbuat salah sebagaimana ia senang didalam membalasnya kebaikan orang yang berbuat baik. Ibnu Qayyim menjelaskan sikap berharap itu ada 3 jenis. Dua terpuji dan satu yang tercela.
- Jenis pertama dan kedua, yaitu pengharapan orang yang beramal sholeh dan orang yang melakukan ketaatan kepada Allah atas dasar bimbingan Allah sembari ia mengharapkan pahala dari-Nya.
- Jenis kedua orang yang berbuat dosa lalu bersegera bertaubat sembari mengharapkan ampunan Allah, kebaikan dan karunia-Nya.Adapun,
- jenis ketiga yaitu orang yang terus menerus berbuat dosa sambil berharap kasih sayang Allah sementara ia tidak berusaha untuk beramal kebaikan sedikit pun. Jenis ini merupakan kamuflase harapan dan angan² kosong belaka.
Hasan Al-basri berkata sebagian orang terperdaya dengan Angan-angan kosong. Sehingga mereka meninggalkan dunia ini tanpa sempat membawa amal kebaikan. Salah satu dari mereka membual : aku berprasangka baik kepada Rabbku, padahal sikap seperti itu tidak tepat. Jika Orang yang berprasangka baik kepada Allah seharusnya memperhatikan kualitas amalannya. Allah berfirman :
وَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ ٱلَّذِى ظَنَنتُم بِرَبِّكُمْ أَرْدَىٰكُمْ فَأَصْبَحْتُم مِّنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ.
Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.(Surat Fusshilat (41) Ayat 23)
Yahya bin Mu’adz berkata salah satu bentuk kelalaian yang terbesar adalah berbuat dosa secara terus menerus sambil berharap ampunan tanpa terbetik rasa penyesalan. Mereka mengira bahwasanya mereka bisa dekat dengan Allah tanpa perlu menunaikan ketaatan. Menanti tumbuhnya pohon surga dengan menanam benih neraka, dan menukar tempat disurga dengan banyak kemaksiatan dan mengharapkan balasan yang baik tanpa beramal sholeh serta mempunyai banyak harapan kepada Allah tanpa ingin berusaha sedikit pun.
Abdullah bin mas’ud radhiyallahu anhu menegaskan sikap takut kepada Allah sudah layak dikategorikan sebagai ilmu, tanpa sikap lalai dan tanpa layak disebutkan sikap yang konyol.
Wahai hamba-hamba Allah…
Apakah rasa aman yang mendorong kalian untuk terlena dan barani berbuat dosa. Apa yang menjadikan kalian terus menerus didalam kemaksiatan?! Apa karena Allah menutupi dosa kalian?! Atau Allah ingin menunda hukuman kalian sehingga kalian masih diberikan kesempatan yang panjang untuk bertaubat. Akan tetapi, itu semua kalian sia-sia kan. Jika mau merenungi maka kalian akan tersadarkan betapa Allah sering sekali menutupi kesalahan dan menunda hukuman kalian dimana hal yang demikian seharus hal tersebut menjadi memotivasi kalian untuk menunjukkan rasa bersyukur terhadap kemurahan dan kebaikan Allah selama ini.
Janganlah kalian merasa aman dari kesudahan yang buruk, Allah bisa mengakhiri kehidupan kalian sedangkan kalian bergelimang didalam dosa. Yang mana selama ini selalu ditutupi oleh-Nya.
Wahai orang-orang yang memandang kedua mata yang terpejam,
Wahai orang yang mengetahui perintah namun tidak dikerjakannya engkau berpindah dari satu dosa kepada dosa yang lain sementara engkau mengharapkan surga dengan sikap kalian tersebut. Tidaklah engkau mengingat tak kala Allah mengeluarkan adam dari surga dan menurunkannya ke dunia lantaran satu dosa yang telah dilakukan nya.
Wahai kaum muslimin, bertaqwa lah kepada Allah dan jauhilah sikap lalai dan bersegeralah untuk meninggalkan semua dosa. Hendaklah kalian waspada karena kebanyakan manusia karena bisa menjelekkan dan tidak bisa merubah keadaan. Mereka bongkar skandal dengan tidak menutupinya dan mereka menyebarkan kesalahan kalian tanpa memperdulikan kalian kecuali hanya sedikit saja.
Khutbah kedua…
Kaum muslimin…
Berharap lah kepada Allah secara benar dan sekiranya yang tidak membuat kalian terdorong untuk melakukan maksiat. Takutlah kepada Allah dengan sikap optimistisme yang tidak membuat kalian berputus dari Rahmat Allah, suatu sikap yang melahirkan rasa takut secara selaras dan seimbang. dan jika pengharapan kepada Allah tidak sama maka ia hal tersebut membuat orang melenggang dari hukum Allah dan demikian pula hal rasa takut kepada Allah jika tidak diimbangi dengan pengharapan kepada nya maka itu membuatnya berputus asa dari Rahmat Allah. siapa pun yang menetapkan dengan mengharapkan diri nya maka ia malas dalam amal sholeh maka barangsiapa ia menetapkan diri nya didalam ketakutan saja maka ia akan mudah untuk berputus asa. Seorang yang ingin mengharapkan sesuatu pasti ia akan berusaha untuk menggapainya. dan sebaliknya dimana seorang yang takut maka ia akan berusaha menghidarinya.orang yang mengharapkan kasih sayang maka ia akan senantiasa menempuh cara² untuk mendatangkan rahmat-Nya.
Hasan al-basri mendengar seorang berkata hendaklah malu kepada Allah kemudian beristighfar dan kemudian mengulangi dosa yang sama lalu beristighfar kembali lalu berbuat dosanya lagi,lalu hasan menyanggah nya berkata justru syetan akan menjadi senang kalau kalian berpikir seperti itu maka janganlah kalian bosan dengan beristighfar.
Umar bin abdul aziz berkata dalam khutbahnya wahai manusia barangsiapa yang sudah terlanjur berbuat dosa maka bersegera lah memohon ampun kepada Allah dan bertaubatlah. Dan jika mengulangi perbuatan dosa tersebut tetaplah untuk beristighfar dan bertaubat Allah. Karena hal yang demikian itu tidak dapat dihindari.
Wahai kaum muslimin…
Bangkitlah dari segala bentuk kemaksiatan yang dapat menimbulkan kesialan dan bebaskan diri kalian dari belenggu syetan adalah sikap terbuai dengan kemurahan Allah. Jujurlah dengan bertaubat dan beristighfar dan ucapkanlah bersholawat dan salam kepada Nabi Muhammad.