Terjemah Khutbah | Syaikh Bandar Balilah – Bersikap Adillah, Karena Ia Dekat kepada Takwa, Terjemah Khutbah Masjidil Haram, 10 Safar 1443 H / 17 September 2021 M
Transkrip :
Aku wasiatkan kepada Kalian dan kepada saya pribadi untuk selalu bertaqwa kepada Allah.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَءَامِنُوا۟ بِرَسُولِهِۦ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِۦ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِۦ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ.
WaHai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wahai orang-orang yang beriman…
Agama Islam adalah agama akhlaq yang mulia dan Adab² yang Indah. Agama yang menetapkan akhlaq yang mulia, Dan mewajibkan nya dan membina umatnya dengan atas hal tersebut. Akhlaq yang dengan nya umat menjadi Harum akan aromanya. Sifat² yang menyambung jiwa dengan kesegerannya. Sesungguhnya ia merupakan pondasi dasar atas pokok aqidah yang Benar.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata ketika beliau didalam menjelaskan manhaj Salaf, yang mana mereka mengajak kepada kemulian akhlaq dan kebaikan amal dan mereka meyakini makna sabda Rasulullah shallallahu Alaihi wasallam :
أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
Dan diantara yang menunjukkan kelebihan akhlaq atau kedudukan akhlaq adalah meringkas penjelasan Rasulullah shallallahu Alaihi wasallam nya didalam misi risalahnya tentang kesempurnaan akhlaq. Beliau shallallahu Alaihi wasallam Bersabda :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia.” (HR. Ahmad)
Dan bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam menduduki posisi tertinggi didalam kemulian dan keindahan akhlaq. Allah subhanahu berfirman dengan memujinya :
وإنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sungguh-sungguh engkau berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam: 4)
‘aisyah radhiyallahu anha ketika ditanya tentang akhlaq Nabi, beliau berkata :
كَانَ خُلُقُهُ القُرْآن
“Akhlak beliau adalah Al Quran.”
Wahai Hamba-hamba Allah…
Diposisi tertinggi Akhlaq yang mulia dan sifat yang Agung, terdapat sifat terpuji dan akhlaq yang agung, mewariskan kemulian dan kebaikan dan membuat orang yang memiliki ini akan mendapatkan kebenaran. Ia adalah sifat inshof (2x). Sifat inshof -wahai Orang-orang yang dijaga Allah- adalah sifat Adil dan yaitu meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dan memberikan hak orang lain sebagaimana ia juga menyukai mengambil hak dari nya. Dan sungguh Berbagai dalil-dalil syar’i menunjukkan kepada sifat ini. Baik dengan memberikan anjuran ataupun perintah untuk hal itu. Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ.
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Allah juga berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu Alaihi wasallam :
وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ
aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu.
Ammar bin yasir Radhiyallahu anhu berkata :
ثَلَاثٌ مَنْ جمهن جمع الْإِيْمَانِ: الإِنْصَافُ النَّاسِ مِنْ نَفْسِكَ
، وَبَذْلُ السَّلَامِ لِلْعَالَمِ، الْإِنْفَاقُ مِنَ الْإِقْتَارِ.
“Tiga hal yang jika ada pada seseorang, ia telah mengumpulkan keimanan: bertindak adil kepada manusia, menebarkan salam kepada manusia dan berinfak di masa sempit, .”
Abu zinad rahimahullah berkata :
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا اتَّصَفَ بِالْإِنْصَافِ لَمْ يَتْرُكْ لِمَوْلَاهُ حَقًّا إِلَّا أَدَّاهُ، وَلَمْ يَتْرُكْ شَيْئًا مِمَّنْ نَهَاهُ عَنْهُ إِلَّا إِجْتَنِبَةً وَذَالِكَ أَجْمَعَ أَرْكَانَ الْإِيمَانِ.
seorang jika Ia bersikap adil dia telah melakukan setiap hak Rabb-Nya dan telah menjauhi seluruh Larangan-Nya.bahwasanya ia telah mengumpulkan seluruh keimanan.
Imam Ahmad rahimahullah berkata :
مَا أَحْسَنَ الْإِنْصَافَ فِي كُلِّ الشَّيْءِ.
Tidak ada Keindahan kecuali Berbuat Adil dalam segala sesuatu.
Sifat tersebut merupakan bukti kebaikan Jiwa, dan kebersihan dari sifat egois dan hawa nafsu, yang membuat nya adalah tinggi nya cita-cita. Dan Bersih dari tanggungan dan ia merupakan sebab tersebarnya kecintaan manusia dan faktor yang taakala penting dalam kenikmatan dan kebahagian mereka.
Berhiasalah dengan Bersikap Adil, sebagai pakaian yang termewah. Pundak dan pinggang dengannya terhiasi.
Wahai Orang-orang yang Kami hormati…
Sesungguhnya Keadilan itu bertingkat-tingkat,
- Tingkatan yang pertama, Bersikap Adil kepada Allah jalla luhu.didalam Ibadahnya hanya kepada-Nya semata. Menyekutukan Allah, bertolak belakang dengan sifat Adil. Ia merupakan kedzoliman yang paling keji. Allah berfirman :
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya kesyirikan itu kedzaliman yang besar.” (QS. Luqman[31]: 13)
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلهِ نِدًّا، وَهُوَ خَلَقَكَ.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Dosa apakah yang paling besar?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau menyekutukan Allâh padahal Dia yang telah menciptakanmu.”
- Tingkatkan yang kedua, Bersikap Adil Kepada Nabi Shallallahu Alaihi wasallam dengan menunaikan Hak-hak beliau semuanya. Beriman kepada beliau, mencintai beliau, memuliakan beliau, mentaati beliau, mendahulukan perintah dan mendahulukan sabda beliau sebelum perintah dan perkataan orang lainnya.
- Tingkatan yang ketiga, -wahai hamba-hamba Allah- bersikap adil kepada Diri sendiri. Ini merupakan kedudukan yang tinggi. Orang yang bersikap adil kepada diri sendiri maka ia akan adil kepada orang lain.
“فَاقِدُ الشَّيْءِ لَا يُعْطِيهِ”
Orang yang tidak memiliki maka ia tidak akan bisa memberi.
Adil kepada diri sendiri adalah dengan mengakui untuk dirinya sendiri, bukan hal yang menjadi miliknya. Tidak mengotori nya dengan melakukan perbuatan tercela dan dosa. Dan mengangkat diri nya dengan ketaatan kepada-Nya Azza wa jalla, takut kepada-Nya dan berharap kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya dan mendahulukan keridhoan-Nya diatas keridhoan selainnya. - Tingkatan yang keempat, bersikap adil kepada manusia,dengan bersikap adil kepada orang lain. Objektif didalam menilai orang lain. Berusaha memahami perkataan yang ia dengar dan disampaikan kepada nya dengan sikap berterus terang atau tabayyun sebelum mehukuminya.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا ضَرَبْتُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَتَبَيَّنُوا۟ وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَنْ أَلْقَىٰٓ إِلَيْكُمُ ٱلسَّلَـٰمَ لَسْتَ مُؤْمِنًۭا.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya),
Sa’id Ibnu musayyib berkata : sebagian saudara saya menuliskan kepada saya surat, ia berkata letakkan lah urusan saudara mu pada kondisi terbaiknya selama belum datang hal yang kalian mampu untuk menghadapi nya. Dan janganlah kalian berprasangka buruk karna perkataan seorang muslim hendaknya dimaknai dengan kebaikan.
Apabila kurang nya Sikap adil, maka dapat merusak hubungan sesama kerabat, betapa banyak perselisihan antara dua persaudaraan. Padahal dia mengetahui kebenaran pendapatnya dan riwayatnya. Dan Kurang nya keadilan akan menjadi sebab pemutus antara manusia meski pun mereka ada hubungan kerabat.
Ya Allah tunjukilah kami akhlaq yang baik, tidak ada yang menunjuki itu kecuali engkau, dan jauhkanlah kami dari akhlaq yang buruk, karena tidak ada yang memalingkan akhlaq yang buruk tersebut kecuali engkau.
Khutbah kedua…
Wahai Hamba-hamba Allah…
Sungguh Umat yang mendambakan kemajuan, mereka membutuhkan bekal akhlaq yang baik yang Agung dan sifat terpuji. Sebagai mana tubuh yang membutuhkan gizi makanan yang baik agar mereka kuat dalam mencari kehidupan.sifat adil bagaikan gizi didalam kesehatan, gizi yang sehat yang tidak akan mungkin diabaikan. Barangsiapa yang ingin memiliki sifat Adil maka hendaklah ia mencari dalam dirinya sifat Iri dan berlebihan didalam mencintai diri sendiri. Jika ia menemukan jejak 2 sifat tersebut, maka ia latih jiwanya sampai-sampai ia taklukkan. Sampai ia kembali kepada fitrahnya. Hal yang terbaik yang dapat menghilangkan sifat iri adalah hendaknya ia mengetahui bahwa kebijaksanaan Allah menjadikan kelebihan tertentu kepada manusia ini. Maka ia tidak akan pernah melawan dan menentang dengan apa yang menjadi kebijaksanaan Allah. Agar ia tidak terjatuh kepada dosa. Sedangkan kelebihan didalam mencintai diri sendiri obat nya adalah dengan perbaikan diri, agar perasaan nya seimbang. Dan mendatangkan kebaikkan bagi diri sendiri dan menolak keburukkan agar tidak menimpa orang lain.
Ibnu Hazam berkata barangsiapa yang ingin bersikap adil maka bayangkalah dirinya ada diposisi lawannya. Maka dengan hal tersebut maka ia akan melihat ketidakadilannya.